Kamis, 05 April 2012

Perajin Konfeksi Tegal

Perajin Konfeksi Tegal
Pantang Menyerah, Bidik Pakaian Seragam Sekolah
Kendati bisnis konfeksi kian lesu, perajin konfeksi Kab. Tegal tak patah arang. Mereka tetap bertahan menjalankan aktifitas sehari-hari dan nerupaya membidik selera pasar.
Seperti para perajin konfeksi di Desa Tembok Lor, Desa Tembok Kidul, dan Desa Tembok Banjaran. Sebagian besar rumah industri konfeksi ketiga Desa yang masuk wilayah Kec. Adiwerna, Kab. Tegal itu masih diwarnai dering suara mesin jahit. Contohnya, perajin konfeksi, Rohman (38), warga Desa Tembok Lor. Sejak pagi sekitar pukul 7.00, di salah satu sudut ruangan rumahnya tampak enam penjahit sudah menata beberapa lembar potong kain yang akan dibentuk celana ataupun kemeja.
Dalam waktu relatif singkat, mereka telah menghasilkan baju maupun celana yang siap dipasarkan. Memang di Kab. Tegal, ketiga Desa itu sejak lama dikenal sebagai daerah setara konfeksi. “Berbicara soal konfeksi, orang sini sudah menjalani puluhan tahun. Bahkan, bisa dibilang, menjadi perajin konfeksi adalah mata pencaharian turun-menurun,” kata Rohman.
Apa yang menjadi kiat perajin konfeksi sehingga tetap bertahan ? Ia mengakan, kunci bisnis konfeksi adalah tidak kenal menyerah dan berusaha memenuhi selera pasar. “Memang kita harus pandai-pandai membidik selara pasar dan pantang menyerah. Jatuh bangun dalam bisnis itu sudah biasa,” jawab dia singkat seraya memotong kain.
Menurut Rohman, agar bisnis konfeksi tetap bisa bertahan, mereka harus mampu menyesuaikan dan mengembangkan kreasi mengikuti perkembangan mode yang ada. Ia juga mengikuti, produk konfeksi yang mereka hasilkan masih tergolong pas-pasan. Artinya konfeksi di Tegal tidak terlalu muluk bersaing dengan merek terkenal atau ekspor impor.
Menurut Rohman, yang dibenarkan beberapa perajin konfeksi lainnya, produk yang dibuat sudah memiliki pasar tertentu. “Meski modelnya pas-pasan, tidak tidak sekelas merek-merek terkenal yang dilengkapi rancangan mode khusus, asal kita bisa mengikuti, tetap laku dipasaran.”
Ia mencontohkan, saat ini ketika menjelang tahun pelajaran baru bagi anak sekolah, perajin konfeksi lantas membuat seragam untuk anak sekolah. Bidikan bisnis lainnya, ketika bulan Agustus karena banyak kegiatan olahraga di masyarakat, mereka membuat celana training. “Persoalannya sekarang bagaimana kami pandai-pandai memanfaatkan kesempatan,” ujarnya.


Dikutip dengan perubahan dari Suara Merdeka, 21 April 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERTANYAAN DISKUSI

Pada kondisi bagaimana translasi mata uang asing mempengaruhi mata uang asing? Jawaban: Hubungan terbalik antara tingkat inflasi sebuah n...