Pada tahun 1997, menjelang tahun 1998, Indonesia mulai dilanda krisis dalam berbagai bidang, termasuk krisis ekonomi, sementara itu, globalisasi telah berada di ambang pintu. Bagaimana strategi kita menyikapi krisis ekonomi dan menghadapi era globalisasi ? Startegi yang harus kita jalankan, antara lain dengan meningkatkan ekspor.
Dengan
berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah, setiap daerah di Indonesia harus
mandiri. Perekonomian daerah harus diatur oleh daerah itu sendiri. Tidak
terkecuali, Jawa Tengah pun harus mengatur perekonomiannya sendiri. Dengan
demikian, Jawa Tengah harus mengatur strategi untuk menyikapi krisis ekonomi
dan menghadapi globalisasi. Salah satu cara yang harus ditempuh, Jawa Tengah
harus melaksanakan upaya peningkatan ekspor. Dengan kata lain, Jawa Tengah
harus meningkatkan penawaran hasil produksinya ke luar negeri, terutama hasil
produksi nonmigas.
Ekspor
nonmigas Jawa Tengah berfokus pada hasil produksi agrobisnis. Memang, Jawa
Tengah sangat potensial untuk pengembangan agrobisnis. Namun, setelah tahun
1997, ekspor nonmigas Jawa Tengah kurang menggembirakan. Kenyataan ini tampak
pada tabel berikut.
TABEL
EKSPOR NONMIGAS KUARTAL I 1997 DAN 1998 (dalam US$1000)
Komponen
|
Kuartal I 1997
|
Kuartal II 1998
|
1. Kayu dan plywood
|
76.718
|
37.215
|
2. Ikan dan udang
|
10.399
|
8.862
|
3. karet
|
13.027
|
3.777
|
4. kopi, teh, kakao, rempah
|
8.642
|
5.864
|
5. Tembakau
|
630
|
308
|
6. Kulit
|
8.203
|
5.555
|
7. Minyak atsiri
|
2.806
|
1.366
|
8. Panili, emping belinjo,
buah-buahan
|
10.220
|
5.921
|
9. Gondorukem, kemenyan,
dan hewan
|
708
|
1.021
|
10.
Produk hewan
|
1.925
|
906
|
11.
kapas
|
45.172
|
50.865
|
Sumber: Statistik Ekonomi dan
Keuangan Daerah Provinsi Jawa Tengah, Bank Indonesia Semarang (diolah oleh
Stephen Kakisina dalam majalah Dian
Ekonomi Maret 1999).
Pada
tabel tersebut terlihat bahwa ekspor hasil produksi agrobisnis pada kuartal I tahun 1998 mengalami penurunan rata-rata 50% jika dibandingkan dengan kuartal I
tahun 1997, kecuali gondorukem, kemenyan, bahan nabati, dan kapas yang
mengalami kenaikan.
Kemungkinan
ada dua hal yang menyebabkan kemerosotan ekspor nonmigas Jawa Tengah, yaitu:
a. pada
pengusaha tidak mampu membeli bibit dan sarana dari luar negeri karena adanya
krisis ekonomi;
b. sebagai
besar hasil produksi agrobisnis dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
Bagaimanakah
strategi kita untuk mengatasi kedua hal tersebut banyak terobosan yang dapat
kita lakukan untuk menggairahkan kembali penawaran hasil produksi agrobisnis
Jawa Tengah, antara lain:
a.
meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan mutu
hasil produksi agrobisnis;
b.
meningkatkan kerja sama antara koperasi, BUMN yang
ada di daerah Jawa Tengah, BUMN, dan swasta, agar menjadi kekuatan bisnis yang
handal serta memantapkan daya saing dalam arena ekonomi global;
c.
pelabuhan Tanjung Mas Semarang harus dikembangkan
agar dapat berperan secara optimal sebagai pelabuhan ekspor Jawa Tengah.
(Saduran
bebas dengan perubahan seperlunya dari Kirsis
Ekonomi Global dan Menyisiasati Peningkatan Ekspor Jawa Tengah, oleh Stephen Kakisina dalam majalah Dian Ekonomi, Maret 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar